Banyak
orang memelihara perkutut antara lain karena sosok tubuhnya, keindahan bulu dan
suaranya, bahkan ada yang percaya dengan kekuatan magis yang dipunyai burung
ini.
Pada jaman dulu burung perkutut banyak
dipelihara kaum bangsawan, bahkan raja - raja memperlakukan burung ini sebagai
binatang kesayangan atau klangenan.
Konon burung ini bisa membawa rejeki dan
menimbulkan ketenteraman bagi pemiliknya, maka wajar jika burung ini sangat
digemari.
Masyarakat tradisional Jawa dahulu menempatkan
arti perkutut ini sejajar dengan kebutuhan hidup. Pada saat itu ada 5 hal yang
melambangkan status sosial, yaitu: wanita (isteri), wisma (rumah), curiga
(keris), turangga (kuda) dan kukila (burung perkutut). Kelekatan perkutut pada
masyarakat tradisional Jawa bahakan diungkapkan dalam tembang "Kutut
Manggung", yang sampai saat ini masih digemari.
Yang jelas burung perkutut mempunyai warna
yang indah, bersuara merdu dan berbentuk ramping lincah, hingga nampak anggun
walau tampil sederhana. Beberapa kelehihan burung inilah yang mendasari
dipilihnya satwa ini sebagai ciri khas fauna Daerah Istimewa Yogyakarta.
CIRI
- CIRI
Burung penyanyi berukuran kecil ini termasuk
satu suku dengan burung Merpati. Panjangnya antara 20-25 cm dengan kepala bulat
kecil berwarna abu - abu. Paruhnya panjang meruncing berwarna kebiru - biruan,
sedang lehernya relatif panjang ditumbuhi bulu - bulu halus, yang pada sekitar
leher dan dada membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu -
bulu tubuhnya berwarna kecoklatan sewarna dengan bulu ekornya yang tumbuh memanjang.
Pada bulu sayapnya terdapat garis melintang warna coklat tua, sedang pada kulit
kakinya yang berwarna merah tumbuh sisik berwarna kehitaman. Jari kakinya yang
berkuku runcing berjumlah empat, dengan posisi tiga depan dan satu di belakang,
yang digunakan untuk bertengger.
HABITAT
DAN MAKANAN
Pada umumnya burung perkutut hidup
berpasangan, walaupun kadang - kadang juga nampak bergerombol. Burung ini amat
menyukai tempat terbuka, misalnya kebun, tegal, padang rumput, bahkan di
halaman bangunan yang terletak di dekat hutan.
Makanannya terdiri dari biji bijian, seperti :
padi, jagung, jawawut, dan lain sebagainya. Burung perkutut liar umumnya
berkembang biak sekitar bulan Januari hingga bulan September, ditandai dengan
pembuatan sarang yang dibuat bersama pasangannya. Sarang perkutut terdiri dari
ranting - ranting kering, berbentuk datar dan tipis dan biasa diletakkan di
antara semak - semak atau di dahan pohon yang tidak terlalu tinggi.
Selain hidup secara liar, burung perkutut
sudah banyak dibudidayakan. Pembudidayaannya sering dilaksanakan dengan cara
persilangan agar mendapatkan bibit unggul yang tangguh.
Perkutut umumnya bertelur dua butir yang
berbentuk oval dengan warna putih. Telur tersebut dierami secara bergaintian,
yang jantan pada siang hari sedang yang betina sebaliknya. Kira - kira dua
minggu telur akan menetas, berupa anak perkutut tanpa bulu, berkepala besar
dengan mata tertutup, yang biasa disebut dengan nama piyik.
Sebagai burung klangenan penggemar burung
perkutut ini tidak terbatas pada kalangan tertentu saja, sebab burung ini telah
menjadi barang komoditi yang cukup ramai pasarannya. Dalam rangka menaikkan
nilai jual burung inilah kini lomba perkutut sering dilaksanakan di kota - kota
bahkan desa.
Anda tertarik untuk membudidayakannya...???